STRATEGI MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA SD
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perubahan
orientasi terhadap pengajaran Bahasa Indonesia, khususnya di Sekolah Dasar,
ternyata memberikan konsekuensi terhadap guru dalam melaksanakan tugasnya. Guru
mengajarkan Bahasa Indonesia bukan hanya untuk menyampaikan pengetahuan tentang
Bahasa Indonesia kepada siswa, tetapi yang lebih utama adalah untuk
membelajarkan siswa agar terampil menggunakan Bahasa Indonesia untuk
berkomunikasi.
Berbicara
merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa dan juga merupakan sasaran
pembelajaran berbahasa indonesia. Keterampilan berbicara dapat meningkat dengan
baik jika ditunjang oleh keterampilan berbahasa yang lain, seperti menyimak,
membaca, dan menulis.
Pentingnya
keterampilan berbicara bukan saja bagi guru, tetapi juga bagi siswa sebagai
subjek dan objek didik. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dituntut terampil
berbicara. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Suyoto
(2003:32) bahwa seseorang yang terampil berbicara cenderung berani tampil di
masyarakat. Dia juga cenderung memiliki keberanian untuk tampil menjadi
pemimpin pada kelompoknya.
Siswa
yang tidak mampu berbicara dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa sering kali malu ketika diminta
berbicara atau bercerita di depan kelas dan siswa masih merasa takut berdiri
dan berbicara dihadapan teman-teman sekelasnya.
Rendahnya
keterampilan berbicara siswa di Sekolah Dasar akan menyebabkan siswa kurang
terampil berbicara terutama pada saat di depan kelas. Berdasarkan latar
belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menulis makalah dengan judul “Strategi Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Siswa Sekolah Dasar”.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
dikemukakan di atas, maka masalah-masalah yang akan diangkat dalam penulisan
makalah ini adalah:
a.
Pengertian
Berbicara,
b.
Proses
Berbicara,
c.
Strategi
Meningkatkan
Kemampuan Berbicara, Dan
d.
Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara.
C. Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini yaitu untuk memberikan dan meningkatkan pemahaman mengenai pengertian
berbicara, proses berbicara, strategi meningkatkan kemampuan berbicara, dan
upaya meningkatkan kemampuan berbicara.
D. Alasan
Alasan
pembuatan makalah ini karena pada umumnya tingkat kemampuan berbicara
siswa-siswi Sekolah Dasar kurang dan strategi yang diterapkan oleh guru kurang
tepat dalam mendidik siswanya dalam berbicara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Berbicara
Menurut
Tarigan, 1993:15 berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Pendapat yang sama disampaikan oleh Tarigan, dkk
(1997:13) mereka berpendapat bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan
pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain.
Keterampilan
berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperoleh kesempatan
untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain, dalam
kesempatan-kesempatan yang bersifat informal. Selama kegiatan belajar
disekolah, guru menciptakan berbagai lapangan pengalaman yang memungkinkan
murid-murid mengembangkan kemampuan berbicara.
Berbicara
merupakan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi. Setiap anak yang ingin
terlihat dalam kegiatan membicarakan sesuatu yang ingin diketahui, dimiliki,
dan dialami oleh anak-anak lain atau gurunya, anak ingin membicarakan
benda-benda, orang-orang, dan peristiwa-peristiwa yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan (Moeslichatoen, 2005:91).
Berdasarkan
pendapat yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
berbicara adalah kegiatan berkomunikasi untuk menyampaikan gagasan, perasaan,
dan pikiran yang disampaikan kepada orang lain.
B. Proses
Berbicara
Dalam
proses belajar bahasa di sekolah, anak-anak mengembangkan kemampuan secara
vertikal tidak hanya horizontal.
Maksudnya, mereka sudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap
meskipun belum lengkap secara sempurna. Semakin lama kemampuan berbicara
tersebut menjadi lebih sempurna dalam arti strukturnya menjadi benar, pilihan katanya
semakin tepat, kalimat-kalimatnya semakin bervariasi dan sebagainya (Slamet,
2005:5). Dengan kata lain, perkembangan tersebut tidak secara horizontal mulai
dari fonem, kata, frasa, kalimat, dan wacana seperti halnya jenis tataran
linguistik.
Dalam
berbicara pasti ada komunikasi dengan orang lain. Dalam proses komunikasi
terjadi pemindahan pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan
(pendengar). Komunikator adalah seseorang yang memiliki pesan. Pesan yang akan
disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbol yang dipahami
oleh kedua belah pihak.
Berbicara
merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik,
psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik. Pada saat berbicara seseorang
memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa.
Bahkan organ tubuh yang lain seperti kepala, tangan, dan roman muka pun
dimanfaatkan dalam berbicara. Berbicara tidak lepas dari faktor neurologis
yaitu jaringan syaraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga, dan
organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. Demikian pula faktor
semantik yang berhubungan dengan makna, dan faktor linguistik yang berkaitan
dengan struktur bahasa selalu berperan dalam kegiatan berbicara. Bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap dan kata-kata harus disusun menurut aturan tertentu
agar bermakna (Haryadi dan Zamzani, 1996:56)
C. Strategi
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi artinya rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi kompetensi disebut juga
strategi komunikasi atau communication strategies (Thornburry, 2006;29). Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam strategi komunikasi yakni :
1)
Menggunakan kata-kata yang banyak atau
tidak langsung (tidak to the point)
2)
Mengubah kata-kata baru agar lebih
dikenal (penyerapan kata asing)
3)
Menggunakan kata-kata yang umum atau
sudah dikenal
4)
Menggunakan ekspresi atau alih kode
5)
Menggunakan gerak tubuh atau mimik untuk
menyakinkan maksud yang kita inginkan.
Strategi
yang bisa dilakukan seorang guru untuk mengembangkan keterampilan berbicara
siswa adalah sebagai berikut:
a) Permainan
Simulasi
Simulasi
berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seolah-olah.
Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura atau melalui
proses tingkah laku imitasi, atau bermain peran mengenai suatu tingkah laku
yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya. Permainan simulasi
adalah model yang mengilustrasikan atau menggambarkan baik sistem sosial maupun
sistem fisik yang diabstraksi dari realitas dan disederhanakan.
b) Dongeng
Peristiwa
atau cerita yang terjadi dalam lingkungan masyarakat maupun dari buku-buku
dongeng yang tersedia di perpustakaan belum dimanfaatkan dengan maksimal sebagai
sumber belajar yang dapat menunjang proses pembelajaran khususnya pembelajaran
berbicara. Dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan.
Cara
meningkatkan kemampuan berbicara siswa dengan dongeng dapat didahului dengan
dipraktekan terlebih dahulu oleh guru. Unsur keterampilan berbahasa yang ada
didalamnya adalah menyimak dan berbicara. Menyimak dengan siswa mendengarkan
cerita yang disampaikan dan menugaskan siswa untuk menceritakan kembali dongeng
yang telah didengarnya dengan bahasanya sendiri. Disini akan menggali
keberanian siswa untuk tampil di depan dan mendongeng untuk temannya dengan
cara dan gayanya sendiri. Jika seorang siswa berani tampil dengan bagus, hal
itu akan memotivasi siswa lain untuk mencoba berbicara kedepan.
c) Bermain
Peran
Bermain
peran (Role Playing) merupakan sebuah permainan dimana para pemain memainkan
peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolobrasi untuk merajut sebuah cerita
bersama. Para pemain memilih aksi tokoh-tokoh mereka berdasarkan karakteristik
tokoh tersebut, dan keberhasilan aksi tersebut tergantung sistem peraturan
permainan yang telah ditetapkan, para pemain bisa berimprovisasi membentuk arah
dan hasil akhir permainan (Oktaviani, 2008)
Cara
meningkatkan kemampuan berbicara siswa dengan dongeng dapat didahului dengan
guru membagi siswanya menjadi beberapa kelompok dan memberi waktu untuk
mempersiapkan setting bermain peran. Kemudian menjelaskan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam bermain peran seperti pemilihan kata, gerak-gerik mimik,
pengungkapan, pelafalan intonasi, dan lain sebagainya.
d) Cerita
Berantai
Menurut
Tarigan (1990) penerapan teknik cerita berantai ini dimaksudkan untuk
membangkitkan keberanian siswa dalam berbicara. Jika siswa telah menunjukkan
keberanian, diharapkan kemampuan berbicaranya menjadi meningkat.
Teknik
cerita berantai ini bisa dimulai dari seorang siswa yang menerima informasi
dari guru, kemudian siswa tadi membisikan informasi itu kepada teman lain, dan
teman yang telah menerima bisikan meneruskannya kepada teman lain lagi, dan
begitulah seterusnya. Pada akhir kegiatan akan dievaluasi yaitu siswa mana yang
menerima informasi yang benar atau salah. Siswa yang salah menerima informasi
tentu akan salah pula menyampaikan informasi kepada orang lain. Sebaliknya,
bisa saja terjadi informasi yang diterima oleh siswa itu benar tetapi mereka
keliru menyampaikannya kepada teman yang lain. Untuk itu, diperlukan
pertimbangan yang cukup bijak dari guru
untuk menilai keberhasilan teknik cerita berantai ini.
e)
Menggunakan Strategi Modelling The Way
Pelaksanaan
pembelajaran bahasa indonesia pada keterampilan berbicara bahasa indonesia
perlu menerapkan strategi modeling the way(membuat contoh). Strategi ini memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempratikkan keterampilan berbicara bahasa indonesia melalui demonstrasi, dari
hasil demonstrasi ini kemudian diterapkan dalam keseharian di sekolah, yaitu
siswa dibagi dalm beberapa kelompok kecil, identifikasi beberapa situasi umum
yang biasa siswa lakukan di ruang kelas dan luar kelas dalam berbicara bahasa
indonesia yang baik dan benar, kemudian siswa mendemonstrasikan satu persatu
dalam berbicara bahasa indonesia
Modeling
the way memberi waktu siswa untuk menciptakan skenario sendiri dan menentukan
bagaimana mengilustrasikan keterampilan berbicara sesuai kelompoknya. Kemudian
siswa diberi kesempatan untuk memberikan feedback pada setiap demonstrasi yang
dilakukan.
f)
Menggunakan Teknik Tell Me What You See
Teknik
tell me what you see merupakan teknik mengajar yang dapat menumbuhkan kemampuan
siswa dalam berbicara. Teknik ini lebih menekankan keaktifan siswa untuk
menggali dan mengekspresikan imajinasi dan pikirannya tehadap objek yang
dilihat.
Teknik
ini dimulai oleh guru menunjuk beberapa orang siswa untuk maju didepan kelas
kemudian memperagakan benda yang dibawa oleh guru misalnya penggaris. Siswa berimajinasi
mengenai penggaris kemudian menyebutkan benda yang diimajinasikan, misalnya
dijadikan sisir, sikat gigi, dayung, dan lain sebagainya. Begitu seterusnya
sampai tidak dapat menjawab lagi. Lalu guru mengevaluasi benda-benda yang belum
disebutkan.
g)
Media Gambar Dalam Bercerita
Guru
mengembangkan media pembelajaran melalui penggunaan media gambar cerita dengan
maksud agar siswa dapat menginterprestasikan isi cerita sesuai imajinasinya
yang akhirnya siswa dapat mengungkapkan hasil kembali isi cerita, mengungkapkan
hasil pengamatan dengan bahasa yang runtut, sehingga bermakna. Dengan
menggunakan media gambar bercerita agar pembelajaran tidak terkesan monoton dan
terjadi bina suasana di kelas.
h)
Menyajikan Informasi
Salah
satu bentuknya iala enyampaikan laporan secara lisan. Untuk mengingatkan agar
anak-anak menggunakan cara-cara yang efektif dalam menyajikan laporan secara
lisan, masalah mereka menceritakan hal-hal yang mereka inginkan dan tidak
mereka inginkan dari seorang pembicara. Bentuk kegiatan lain untuk melatih
penyajian informasi ialah dengan berpidato.
Tujuan
kegiatan ini untuk menolong anak-anak mengembangkan rasa percaya diri dalam
berbicara dengan orang lain, belajar menyusun dan menyajikan suatu pembicaraan,
dan belajar cara terbaik berbicara untuk menghadapi sejumalah pendengar.
i)
Berpartisipasi Dalam Diskusi
Diskusi
memberikan kesempatan pada murid untuk berinteraksi dengan murid-murid lain dan
guru, mengekspresikan pikira secar lengkap, mengajukan berbagai pendapat, dan
mempertimbangkan perubahan pendapat apabila berhadapan dengan bukti-bukti yang
meyakinkan atau tanggapan yang masuk akal yang dikemukakan oleh peserta
diskusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diskusi merupakan strategi yang
membuat murid-murid lebih bergairah dalam proses pembelajaran (Alverman, dkk,
,Lewar ross and Roe, 1990:138).
Diskusi
kelompok merupakan teknik yang paling sering digunakan sebagai teknik
pengembangan bahasa lisan yang menuntut kemampuan murid untuk membuat
generalisasi dan mengajukan pendapat-pendapat mengenai suatu topik atau
permasalahan.
j)
Sandiwara Boneka
Pertunjukan
sandiwara boneka memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk berbagai gagasan
dan cerita lewat percakapan, disertai dengan gerakan boneka. Di dalam kelas
anak-anak dapat menggunakan boneka dengan dua cara. Mereka menemukan cerita
sesuai dengan boneka-boneka yang sudah tersedia atau mereka dapat membuat
beberapa boneka kemudian mengarang serita yang sesuai. Agar dapat memainkan
sandiwara boneka dengan baik, anak-anak perlu berlatih mengucapkan dialog atau
monolog dan menggerakana tangan. Anak-anak harus berbicara seolah-olah menjadi
pelaku yang sebenarnya.
D. Faktor-Faktor
Penghambat Keterampilan Berbicara
Menurut
Taryono (Syaiful Musahaddat, 2015:47), mengemukakan hambatan berbicara terdiri
atas hambatan yang datang dari pembicara sendiri(internal) dan hambatan yang
datang dari luar pembicara (eksternal). Hambatan
Internal
Hambatan
internal adalah hambatan yang muncul daridalam diri pembicara. Hal-hal yang
dapat menghambat kegiatan berbicara adalah sebagai berikut :
1) Hambatan
yang bersifat fisik (alat ucap tidak sempurna, kondisi kurang segar, kesalahan
posisi tubuh)
2) Hambatan
yang bersifat mental atau psikis, ada dua yaitu hambatan mental temporer (rasa
malu, takut, ragu atau grogi) dan hambatan mental laten (penggelisah, ehm
vokalis, penggumam, tuna gairah)
3) Hambatan
lain-lain (kurang penguasaan kaidah, pengalaman berbicara, perhatian pada tugas
yang diemban, dan adanya kebiasaan yang kurang baik)
Hambatan eksternal
Hambatan
eksternal adalah hambatan yang muncul tidak disadari sebelumnya oleh pembicara.
Hambatan eksternal meliputi :
1) Hambatan
berupa suara, dpat berasal dari dalam ruangan atau dari luar rang.
2) Hambatan
berupa gerak, sering terjadi dalam berbicara informal, misalnya diatas bus,
kereta, atau pesawat. Sedangkan pada kondisi formal jarang dijumpai.
3) Hambatan
yang berupa cahaya, dapat terjadi jika pembicaraan dilakukan dibawah cahaya,
dimalam hari atau ruang yang gelap tanpa pencahayaan.
4) Hambatan
yang berupa jarak, hal ini sering terjadi jika pendengar atau pembicara tidak
memperdulikan pentingnya pengaturan jarak bicara antara pembicara dengan
pendengar.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Berbicara
merupakan suatu keterampilan dan keterampilan tidak akan berkembang kalau tidak
dilatih secara terus menerus. Oleh karena itu, kepandaian berbicara tidak akan
dikuasai dengan baik tanpa dilatih. Apabila selalu dilatih keterampilan
berbicara tentu akan semakin baik. Sebaliknya, kalu ragu-ragu atau takut salah
dalam berbicara, niscaya kepandaian atau keterampilan berbicara itu semakin
jauh dari penguasaan.
Keterampilan
berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperoleh kesempatan
ntuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain, dalam
kesempatan-kesempatan yang bersifat informal. Selama kegiatan belajar di
sekolah guru menciptakan berbagai lapangan pengalaman yang memungkinkan
murid-murid mengembangkan kemampuan berbicara.
B.
Kritik dan Saran
Dalam makalah ini penulis
menyarankan agar para pembaca untuk lebih bisa memahami bagaimana cara menerapkan
strategi pada anak menjadi efektif dan ideal sehingga anak tidak merasa bosan
dengan apa yag sedang dibicarakan. Selain itu, penulis juga mengaharapkan
kritik dan saran dari berbagai pihak yang membangun agar penulisan makalah ini
menjadi lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
Referensi
:
Bahan
ajar mata kuliah keterampilan berbahasa indonesia
Online
:
Budiarti,
Y. 2012. Strategi meningkatkan kemampuan berbicara siswa SD (http://yudha-ganyonk.blogspot.com/2012/04/strategi-meningkatkan-kemampuan.html
diakses pada tanggal 03 April 2017)
Mariati. 2016. Faktor-faktor
penghambat keterampilan berbicara (http://yatimariati.blogspot.com/2016/10/faktor-penghambat-keterampilan-berbicara.html diakses pada tanggal 17 April 2017)
Jurnal
Ira, R. 2015. Meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa melalui bermain
peran di kelas V SDN 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango
Tidak ada komentar:
Posting Komentar