Kamis, 03 Januari 2019

strategi meningkatkan kemampuan berbicara siswa SD



STRATEGI MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA SD


 

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia 


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Perubahan orientasi terhadap pengajaran Bahasa Indonesia, khususnya di Sekolah Dasar, ternyata memberikan konsekuensi terhadap guru dalam melaksanakan tugasnya. Guru mengajarkan Bahasa Indonesia bukan hanya untuk menyampaikan pengetahuan tentang Bahasa Indonesia kepada siswa, tetapi yang lebih utama adalah untuk membelajarkan siswa agar terampil menggunakan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi.
Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa dan juga merupakan sasaran pembelajaran berbahasa indonesia. Keterampilan berbicara dapat meningkat dengan baik jika ditunjang oleh keterampilan berbahasa yang lain, seperti menyimak, membaca, dan menulis.  
Pentingnya keterampilan berbicara bukan saja bagi guru, tetapi juga bagi siswa sebagai subjek dan objek didik. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dituntut terampil berbicara. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Suyoto (2003:32) bahwa seseorang yang terampil berbicara cenderung berani tampil di masyarakat. Dia juga cenderung memiliki keberanian untuk tampil menjadi pemimpin pada kelompoknya.
Siswa yang tidak mampu berbicara dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa sering kali malu ketika diminta berbicara atau bercerita di depan kelas dan siswa masih merasa takut berdiri dan berbicara dihadapan teman-teman sekelasnya.
Rendahnya keterampilan berbicara siswa di Sekolah Dasar akan menyebabkan siswa kurang terampil berbicara terutama pada saat di depan kelas. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menulis makalah dengan judul “Strategi Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Sekolah Dasar”.



B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah-masalah yang akan diangkat dalam penulisan makalah ini adalah:
a.         Pengertian Berbicara,
b.         Proses Berbicara,
c.         Strategi Meningkatkan Kemampuan Berbicara, Dan
d.        Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara.

C.       Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memberikan dan  meningkatkan pemahaman mengenai pengertian berbicara, proses berbicara, strategi meningkatkan kemampuan berbicara, dan upaya meningkatkan kemampuan berbicara.

D.      Alasan
Alasan pembuatan makalah ini karena pada umumnya tingkat kemampuan berbicara siswa-siswi Sekolah Dasar kurang dan strategi yang diterapkan oleh guru kurang tepat dalam mendidik siswanya dalam berbicara.








BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Berbicara
Menurut Tarigan, 1993:15 berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendapat yang sama disampaikan oleh Tarigan, dkk (1997:13) mereka berpendapat bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain.
Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain, dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal. Selama kegiatan belajar disekolah, guru menciptakan berbagai lapangan pengalaman yang memungkinkan murid-murid mengembangkan kemampuan berbicara. 
Berbicara merupakan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi. Setiap anak yang ingin terlihat dalam kegiatan membicarakan sesuatu yang ingin diketahui, dimiliki, dan dialami oleh anak-anak lain atau gurunya, anak ingin membicarakan benda-benda, orang-orang, dan peristiwa-peristiwa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan (Moeslichatoen, 2005:91).
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah kegiatan berkomunikasi untuk menyampaikan gagasan, perasaan, dan pikiran yang disampaikan kepada orang lain.

B.       Proses Berbicara
Dalam proses belajar bahasa di sekolah, anak-anak mengembangkan kemampuan secara vertikal tidak hanya horizontal.  Maksudnya, mereka sudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum lengkap secara sempurna. Semakin lama kemampuan berbicara tersebut menjadi lebih sempurna dalam arti  strukturnya menjadi benar, pilihan katanya semakin tepat, kalimat-kalimatnya semakin bervariasi dan sebagainya (Slamet, 2005:5). Dengan kata lain, perkembangan tersebut tidak secara horizontal mulai dari fonem, kata, frasa, kalimat, dan wacana seperti halnya jenis tataran linguistik.
Dalam berbicara pasti ada komunikasi dengan orang lain. Dalam proses komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar). Komunikator adalah seseorang yang memiliki pesan. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak.
Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik. Pada saat berbicara seseorang memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Bahkan organ tubuh yang lain seperti kepala, tangan, dan roman muka pun dimanfaatkan dalam berbicara. Berbicara tidak lepas dari faktor neurologis yaitu jaringan syaraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga, dan organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. Demikian pula faktor semantik yang berhubungan dengan makna, dan faktor linguistik yang berkaitan dengan struktur bahasa selalu berperan dalam kegiatan berbicara. Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan kata-kata harus disusun menurut aturan tertentu agar bermakna (Haryadi dan Zamzani, 1996:56)

C.       Strategi Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi artinya rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi kompetensi disebut juga strategi komunikasi atau communication strategies (Thornburry, 2006;29). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam strategi komunikasi yakni :
1)        Menggunakan kata-kata yang banyak atau tidak langsung (tidak to the point)
2)        Mengubah kata-kata baru agar lebih dikenal (penyerapan kata asing)
3)        Menggunakan kata-kata yang umum atau sudah dikenal
4)        Menggunakan ekspresi atau alih kode
5)        Menggunakan gerak tubuh atau mimik untuk menyakinkan maksud yang kita inginkan.
Strategi yang bisa dilakukan seorang guru untuk mengembangkan keterampilan berbicara siswa adalah sebagai berikut:
a)   Permainan Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seolah-olah. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain peran mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya. Permainan simulasi adalah model yang mengilustrasikan atau menggambarkan baik sistem sosial maupun sistem fisik yang diabstraksi dari realitas dan disederhanakan.
b)   Dongeng
Peristiwa atau cerita yang terjadi dalam lingkungan masyarakat maupun dari buku-buku dongeng yang tersedia di perpustakaan belum dimanfaatkan dengan maksimal sebagai sumber belajar yang dapat menunjang proses pembelajaran khususnya pembelajaran berbicara. Dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan.
Cara meningkatkan kemampuan berbicara siswa dengan dongeng dapat didahului dengan dipraktekan terlebih dahulu oleh guru. Unsur keterampilan berbahasa yang ada didalamnya adalah menyimak dan berbicara. Menyimak dengan siswa mendengarkan cerita yang disampaikan dan menugaskan siswa untuk menceritakan kembali dongeng yang telah didengarnya dengan bahasanya sendiri. Disini akan menggali keberanian siswa untuk tampil di depan dan mendongeng untuk temannya dengan cara dan gayanya sendiri. Jika seorang siswa berani tampil dengan bagus, hal itu akan memotivasi siswa lain untuk mencoba berbicara kedepan.
c)   Bermain Peran
Bermain peran (Role Playing) merupakan sebuah permainan dimana para pemain memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolobrasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Para pemain memilih aksi tokoh-tokoh mereka berdasarkan karakteristik tokoh tersebut, dan keberhasilan aksi tersebut tergantung sistem peraturan permainan yang telah ditetapkan, para pemain bisa berimprovisasi membentuk arah dan hasil akhir permainan (Oktaviani, 2008)
Cara meningkatkan kemampuan berbicara siswa dengan dongeng dapat didahului dengan guru membagi siswanya menjadi beberapa kelompok dan memberi waktu untuk mempersiapkan setting bermain peran. Kemudian menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bermain peran seperti pemilihan kata, gerak-gerik mimik, pengungkapan, pelafalan intonasi, dan lain sebagainya.
d)     Cerita Berantai
Menurut Tarigan (1990) penerapan teknik cerita berantai ini dimaksudkan untuk membangkitkan keberanian siswa dalam berbicara. Jika siswa telah menunjukkan keberanian, diharapkan kemampuan berbicaranya menjadi meningkat.
Teknik cerita berantai ini bisa dimulai dari seorang siswa yang menerima informasi dari guru, kemudian siswa tadi membisikan informasi itu kepada teman lain, dan teman yang telah menerima bisikan meneruskannya kepada teman lain lagi, dan begitulah seterusnya. Pada akhir kegiatan akan dievaluasi yaitu siswa mana yang menerima informasi yang benar atau salah. Siswa yang salah menerima informasi tentu akan salah pula menyampaikan informasi kepada orang lain. Sebaliknya, bisa saja terjadi informasi yang diterima oleh siswa itu benar tetapi mereka keliru menyampaikannya kepada teman yang lain. Untuk itu, diperlukan pertimbangan yang cukup bijak dari guru  untuk menilai keberhasilan teknik cerita berantai ini.
e)        Menggunakan Strategi Modelling The Way
Pelaksanaan pembelajaran bahasa indonesia pada keterampilan berbicara bahasa indonesia perlu menerapkan strategi modeling the way(membuat contoh). Strategi  ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mempratikkan keterampilan berbicara bahasa indonesia melalui demonstrasi, dari hasil demonstrasi ini kemudian diterapkan dalam keseharian di sekolah, yaitu siswa dibagi dalm beberapa kelompok kecil, identifikasi beberapa situasi umum yang biasa siswa lakukan di ruang kelas dan luar kelas dalam berbicara bahasa indonesia yang baik dan benar, kemudian siswa mendemonstrasikan satu persatu dalam berbicara bahasa indonesia
Modeling the way memberi waktu siswa untuk menciptakan skenario sendiri dan menentukan bagaimana mengilustrasikan keterampilan berbicara sesuai kelompoknya. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk memberikan feedback pada setiap demonstrasi yang dilakukan.
f)         Menggunakan Teknik Tell Me What You See
Teknik tell me what you see merupakan teknik mengajar yang dapat menumbuhkan kemampuan siswa dalam berbicara. Teknik ini lebih menekankan keaktifan siswa untuk menggali dan mengekspresikan imajinasi dan pikirannya tehadap objek yang dilihat.
Teknik ini dimulai oleh guru menunjuk beberapa orang siswa untuk maju didepan kelas kemudian memperagakan benda yang dibawa oleh guru misalnya penggaris. Siswa berimajinasi mengenai penggaris kemudian menyebutkan benda yang diimajinasikan, misalnya dijadikan sisir, sikat gigi, dayung, dan lain sebagainya. Begitu seterusnya sampai tidak dapat menjawab lagi. Lalu guru mengevaluasi benda-benda yang belum disebutkan.
g)        Media Gambar Dalam Bercerita
Guru mengembangkan media pembelajaran melalui penggunaan media gambar cerita dengan maksud agar siswa dapat menginterprestasikan isi cerita sesuai imajinasinya yang akhirnya siswa dapat mengungkapkan hasil kembali isi cerita, mengungkapkan hasil pengamatan dengan bahasa yang runtut, sehingga bermakna. Dengan menggunakan media gambar bercerita agar pembelajaran tidak terkesan monoton dan terjadi bina suasana di kelas.
h)        Menyajikan Informasi
Salah satu bentuknya iala enyampaikan laporan secara lisan. Untuk mengingatkan agar anak-anak menggunakan cara-cara yang efektif dalam menyajikan laporan secara lisan, masalah mereka menceritakan hal-hal yang mereka inginkan dan tidak mereka inginkan dari seorang pembicara. Bentuk kegiatan lain untuk melatih penyajian informasi ialah dengan berpidato. 
Tujuan kegiatan ini untuk menolong anak-anak mengembangkan rasa percaya diri dalam berbicara dengan orang lain, belajar menyusun dan menyajikan suatu pembicaraan, dan belajar cara terbaik berbicara untuk menghadapi sejumalah pendengar.
i)          Berpartisipasi Dalam Diskusi
Diskusi memberikan kesempatan pada murid untuk berinteraksi dengan murid-murid lain dan guru, mengekspresikan pikira secar lengkap, mengajukan berbagai pendapat, dan mempertimbangkan perubahan pendapat apabila berhadapan dengan bukti-bukti yang meyakinkan atau tanggapan yang masuk akal yang dikemukakan oleh peserta diskusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diskusi merupakan strategi yang membuat murid-murid lebih bergairah dalam proses pembelajaran (Alverman, dkk, ,Lewar ross and Roe, 1990:138).
Diskusi kelompok merupakan teknik yang paling sering digunakan sebagai teknik pengembangan bahasa lisan yang menuntut kemampuan murid untuk membuat generalisasi dan mengajukan pendapat-pendapat mengenai suatu topik atau permasalahan.
j)          Sandiwara Boneka
Pertunjukan sandiwara boneka memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk berbagai gagasan dan cerita lewat percakapan, disertai dengan gerakan boneka. Di dalam kelas anak-anak dapat menggunakan boneka dengan dua cara. Mereka menemukan cerita sesuai dengan boneka-boneka yang sudah tersedia atau mereka dapat membuat beberapa boneka kemudian mengarang serita yang sesuai. Agar dapat memainkan sandiwara boneka dengan baik, anak-anak perlu berlatih mengucapkan dialog atau monolog dan menggerakana tangan. Anak-anak harus berbicara seolah-olah menjadi pelaku yang sebenarnya.





D.      Faktor-Faktor Penghambat Keterampilan Berbicara
Menurut Taryono (Syaiful Musahaddat, 2015:47), mengemukakan hambatan berbicara terdiri atas hambatan yang datang dari pembicara sendiri(internal) dan hambatan yang datang dari luar pembicara (eksternal). Hambatan Internal
Hambatan internal adalah hambatan yang muncul daridalam diri pembicara. Hal-hal yang dapat menghambat kegiatan berbicara adalah sebagai berikut :
1)      Hambatan yang bersifat fisik (alat ucap tidak sempurna, kondisi kurang segar, kesalahan posisi tubuh)
2)      Hambatan yang bersifat mental atau psikis, ada dua yaitu hambatan mental temporer (rasa malu, takut, ragu atau grogi) dan hambatan mental laten (penggelisah, ehm vokalis, penggumam, tuna gairah)
3)      Hambatan lain-lain (kurang penguasaan kaidah, pengalaman berbicara, perhatian pada tugas yang diemban, dan adanya kebiasaan yang kurang baik)

Hambatan eksternal
Hambatan eksternal adalah hambatan yang muncul tidak disadari sebelumnya oleh pembicara. Hambatan eksternal meliputi :
1)      Hambatan berupa suara, dpat berasal dari dalam ruangan atau dari luar rang.
2)      Hambatan berupa gerak, sering terjadi dalam berbicara informal, misalnya diatas bus, kereta, atau pesawat. Sedangkan pada kondisi formal jarang dijumpai.
3)      Hambatan yang berupa cahaya, dapat terjadi jika pembicaraan dilakukan dibawah cahaya, dimalam hari atau ruang yang gelap tanpa pencahayaan.
4)      Hambatan yang berupa jarak, hal ini sering terjadi jika pendengar atau pembicara tidak memperdulikan pentingnya pengaturan jarak bicara antara pembicara dengan pendengar.

BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Berbicara merupakan suatu keterampilan dan keterampilan tidak akan berkembang kalau tidak dilatih secara terus menerus. Oleh karena itu, kepandaian berbicara tidak akan dikuasai dengan baik tanpa dilatih. Apabila selalu dilatih keterampilan berbicara tentu akan semakin baik. Sebaliknya, kalu ragu-ragu atau takut salah dalam berbicara, niscaya kepandaian atau keterampilan berbicara itu semakin jauh dari penguasaan.
Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperoleh kesempatan ntuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain, dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal. Selama kegiatan belajar di sekolah guru menciptakan berbagai lapangan pengalaman yang memungkinkan murid-murid mengembangkan kemampuan berbicara.
B.     Kritik dan Saran
Dalam makalah ini penulis menyarankan agar para pembaca untuk lebih bisa memahami bagaimana cara menerapkan strategi pada anak menjadi efektif dan ideal sehingga anak tidak merasa bosan dengan apa yag sedang dibicarakan. Selain itu, penulis juga mengaharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang membangun agar penulisan makalah ini menjadi lebih baik lagi.












Daftar Pustaka
Referensi :
Bahan ajar mata kuliah keterampilan berbahasa indonesia
Online :
Budiarti, Y. 2012. Strategi meningkatkan kemampuan berbicara siswa SD (http://yudha-ganyonk.blogspot.com/2012/04/strategi-meningkatkan-kemampuan.html  diakses pada tanggal 03 April 2017)
Mariati. 2016. Faktor-faktor penghambat keterampilan berbicara (http://yatimariati.blogspot.com/2016/10/faktor-penghambat-keterampilan-berbicara.html diakses pada tanggal 17 April 2017)
Jurnal Ira, R. 2015. Meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa melalui bermain peran di kelas V SDN 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango

Tidak ada komentar:

Posting Komentar